Suatu hari di atas bumi..
manusia lahir dan pasti hidup berkelompok
mengelompok bersama orang-orang yang telah dipercayainya
dan akhirnya menimbulkan keyakinan yang sama di dalam kelompoknya
keyakinan itu diperjuangkan sedemikian rupa
dengan harapan keyakinan itu dapat tertular kepada kelompok yang lain
sebuah cerita hadir mewarnai dunia ini..
terdapatlah seorang anak manusia menggoreskan tinta kehidupan
beliau seorang yang energik, religius, serta flamboyan.
tak jarang beliau mengungkapkan sumpah setia kepada Tuhan.
pelayanan kepada sesama manusia menjadi 'senjata'-nya, sungguh mulia.
Sampai suatu saat..
dia semakin terbuai dan terkungkung di dalam kelompoknya sendiri
kelompok yang ia banggakan, bahkan terlalu ia banggakan
rasa kebanggaan yang berlebihan itu menggelora di dadanya
sudah hukum alam bahwa kebanggaan yang berlebihan menciptakan kesombongan
sumpah setia kepada Tuhan pun menjadi tipis jaraknya dengan sumpah setia kepada Setan.
Apakah setan itu? yakni suatu pemikiran dan perasaan ingin menguasai..
ingin, ingin, dan ingin..
tak lain adalah pemikiran dan perasaan ingin mendominasi.
akhirnya ia memutuskan untuk 'menjamah' kelompok lain
menjamah dalam arti, bukan ingin berbagi dan bersaudara secara apa adanya
tapi karena ada maunya.. ada inginnya..
sungguh manusia telah dibuat lelah oleh keinginannya yang diada-adakannya.
ia mau, ia ingin, kelompoknya lebih unggul daripada kelompok yang lain
ia tidak rela bila ada yang berbeda dengan keyakinannya ataupun keinginannya
maka ia ingin sama semua seperti apa yang ada di pikirnya
ia yakin bahwa kelompoknya lah yang paling sempurna
pikiran dan rasa dominasi itu menguasai dirinya.. ingin, ingin, dan ingin..
ingin ini seperti itu, ingin itu seperti ini. tidak pernah puas..
tak jarang ia menuai pertentangan karena keyakinannya itu
kebanggaan akan kelompoknya justru membawa kebencian dari kelompok lain
sungguh sayang..
kebanggaan itu seharusnya bisa mengundang kekaguman dari kelompok lain
kebanggaan yang bisa menenangkan dan mempersatukan
namun karena kebanggan itu membludak, semua jadi tidak enak dipandang.
harmoni tidak pernah terjadi, justru malah konflik yang menajam
sungguh sia-sia hidupnya di bumi ini
otak dan hatinya di penuhi oleh keinginan mendominasi
sampai kapanpun hasrat itu tidak akan tercapai
sang ruang dan waktu di dunia fana akan menelannya
hidup sebentar tapi ingin kekal, tidak masuk akal
bertanya, dimanakah sumpah setiamu pada Tuhan waktu itu?
dunia berdasarkan dominasi takkan bertahan lama, akan hancur berantakan
namun dunia berdasarkan harmoni akan mengalir seperti air
dunia harmoni tidak pernah takut akan perubahan..
seperti air mengikuti arus dari sungai sampai ke laut maha luas
sementara..
dunia dominasi selalu menggigil ketakutan pada perubahan
menunggu kepunahan..
akhirnya beliau sang pembangga kelompoknya menyerah
dan lepaslah semua keinginan-keinginan yang diada-adakannya.
bersatu dalam harmoni, inilah kenyataan dunia sesungguhnya.
siapa yang merasa sanggup menantangnya, neraka siap menunggu
bumi tidak akan bersama orang-orang yang haus hasrat dominasi
karena dunia ini tidak didasarkan pada dominasi, tapi harmoni.
No comments:
Post a Comment